Laman

selamat datang di http://nindiaku.blogspot.com/ blog ini mengatur tentang kehidupan, selamat melihat...

Mengenai Saya

Foto saya
saya adalah orang yang biasa-biasa saja, saya berteman dengan siapa saja yang mau berteman dengan saya. karena itu saya akan mencari teman,dan bukan menunggu teman mencari saya.

Kamis, 01 April 2010

cerpen kehidupan

kehidupan kota yang keras

Pada suatu hari aku melihat Seseorang dia bernama Didit, pada usianya yang Kira-Kira masih 16 tahun, di sudah bekerja di jakarta ini, dimana dia bekerja sebagai tukang pemotong ayam yang gajnya kira-kira hanya 800 ribu per bulan, sungguh kasihan memang, tetapi bila dia tidak bekerja keluarganya tidak makan. Di siang hari saat aku sedang bermain internet di warnet sebelah rumahku, aku mendengar bahwa Didit tidak bekerja di situ lagi, sengguh kagetnya hatiku sangat mendengar berita itu, lalu aku bertanya kepada orang yang memberi tahuku tentang hal itu, " mengapa dia tidak bekerja di situ lagi?" tanyaku kepada orang itu, lalu orang itu menjawab, "kata sodara saya, dia bekerja di situ tidak di bayar" kata ornag itu tadi. Kasihan sekali dia, sudah bekerja tetapi tidak dibayar, ingin sekali aku membantunya pada saat itu, tapi apa daya, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pada sore hari yang cerah, aku sedang berjalan-jalan sambil melihat-lihat pemandangan. Lalu mataku mengarah pada sebuah rumah temanku yang bernama Lucky dan sosok yang tak asing lagi bagiku berada di depan rumah itu, dalam hati aku berkata "itu-itu bukankah orang yang bernama didit?". Aku mencari-cari informasi dari saudaraku tentang didit itu. Ternyata Didit sekarang bekerja di rumah lucky temanku. Tetapi aku sangat membenci lucky, "igghhh,, kenapa sih Didit harus bekerja di situ", kataku dalam hati saat aku sedang membuka buku diaryku, dalam diaryku aku bercerita - dairy hari ini aku sebel bgt, karena tadi aku melihat didit ada dirumah lucky, dan ternyata dia bekerja disitu-. Hari demi hari telah kujalani, dan lambat laun aku sadar bahwa hidup itu memang pahit dan penuh dengan perjuangan, seperti didit yang rela bekerja dan tidak dibayar, lalu dia pindah demi mendapatkan uang untuk makan keluarganya dikampung. Terimakasih Didit karena kau, aku sadar bahwa kehidupan memang tak selamanya indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar